Sunday 18 July 2010

a 'See You Later' Note

Besok senin, masuk minggu ketiga saya cuti.
Sebenernya saya masih punya jatah 1 minggu lagi, kalau saya mau menuhin 1 bulan. Tapi saya kira sudah cukuplah waktu saya untuk proses pemulihan fisik dan mengikhlaskan apa yang terjadi kemarin. Sudah cukup juga saya leyeh-leyeh di kamar selama 3 minggu penuh, bangun siang, nonton DVD, browsing internet dan main Nintendo DS. :D

Saya rasa ini bukan waktu cuti yang berlebihan, mengingat mood swing saya yang ternyata di luar dugaan. Engga juga kurang, karena saya ngerasa udah cukup ngelewatin berbagai proses adaptasi pasca kuret. Dan akhirnya sekarang saya bukan lagi di tahap 'learning to let go' tapi lebih ke tahap 'learning to compromise with evil mouths' :P

Udah gak sabar lagi ketawa-ketiwi sama temen-temen kantor, berkarya lagi dan ngelakuin hal-hal lain yang kemarin sempet ketunda lama karena peristiwa ini.

Sekarang saya tinggal nunggu siklus haid saya datang lagi dan insya Allah nanti dikasih jalan yang terbaik :)

Kalau boleh jujur, sekarang sih saya sedikit takut untuk memulai lagi. Too much 'what ifs' berputaran di kepala saya. Gak nyangka juga saya bisa punya beban kayak gini, padahal kemarin-kemarin saya kayaknya gak takut untuk nyoba lagi. Tapi ternyata emosi itu bisa berubah-ubah ya. :P Tapi ya lagi-lagi... mudah-mudahan ini emang proses psikologis yang normal. All I can do is making peace with myself.


So I guess this is (not) a good bye then, more like a 'see you later', ya :)

Hoping to write this blog anytime soon :)
Keep an eye for any kind of good news, okay?

Tuesday 13 July 2010

Not Feeling Good

Tadinya saya sempet kepikiran untuk masuk kantor hari ini.
Cuma pas kebetulan banget, kakak ipar saya yang pilot baru pulang, trus ngajakin family vacation ke Bandung weekend ini, "mumpung masih weekend terakhir sebelum anak-anak masuk sekolah" katanya. Ya udah, so far saya udah ngerasa badan saya fit, trus saya tau banget si papa sebenernya pengen jalan-jalan ke Bandung sekeluarga... jadi saya pikir ya udahlah berangkat aja. Walaupun terkesan dipaksain karena sejujurnya lagi bokek dan mendadak banget, tapi mumpung masih bisa jalan-jalan bareng, kenapa enggak. Lagian itung-itung sekalian pemanasan sebelum masuk kantor.

Berhubung dadakan, jadi semua serba darurat dan unorganized. Berangkat dengan mobil seadanya, umpel-umpelan. Tidurpun gak sebanding antara jumlah orang dan tempat untuk tidur. Acaranya pun awut-awutan, yang orang tua mau makan di sini, yang anak-anak mau makan di sana, yang muda-muda tinggal bengong. Belom lagi tambah seru karena jalanan Bandung yang muter-muter dan semakin macet ruwet kayak Jakarta. Lumayan hectic-lah pokoknya. Misua juga pake acara pundung... gak suka kali ya dia liat keluarga saya. Tapi ya udahlah demi kebersamaan, acakadut-acakadut begini biar gimana tetep keluarga saya. Kadang kita suka bela-belain sesuatu buat orang lain, kenapa gak sekali-sekali buat orang tua, ya nggak? :)

Cuma ya itu... imbasnya minggu malam kemarin saya pulang dengan badan yang rasanya seperti remuk di seluruh badan. Rasanya seperti abis digebukin sama 10 orang bersamaan. Pagi harinya badan saya langsung demam, memang gak terlalu tinggi, tapi berputar di angka 37,5 terus menerus sepanjang hari. Kepala saya pusing bukan main. Dan sampai tadi malam saya masih gak bisa tidur karena pusing dan menggigil.

Saya gak tau itu sebenernya gejala apa. Memang tenggorokan rasanya agak terbakar sedikit, seperti mau radang. Tapi rasa pusingnya jauh lebih hebat dibanding rasa sakit di tenggorokan. Untung hari ini saya lebih enakan. Udah gak menggigil lagi, tapi masih pusing sedikit. Mudah-mudahan bukan sesuatu yang serius dan cuma kecapekan aja.

Masuk kantornya ketunda lagi deh.
Huhuhu...

Friday 9 July 2010

Blighted Ovum

Sebuah artikel yang padat dan jelas tentang janin yang gak berkembang, atau yang biasa disebut dengan 'blighted ovum' sama orang londo. Saya dapetnya dari sini, kurang lebih sih isinya sama kayak penjelasan pak dokter. Hope it helps. :)



Blighted Ovum

Chances are you didn’t even know you were pregnant or had just found out you were expecting when you received the shattering news that there is no visible developing embryo on the ultrasound. You are probably feeling sad and confused. As you take time to understand what this means, also take time to grieve as you would for any loss. And remember you are not alone.

What is a blighted ovum?

A blighted ovum (also known as “anembryonic pregnancy”) happens when a fertilized egg attaches itself to the uterine wall, but the embryo does not develop. Cells develop to form the pregnancy sac, but not the embryo itself. A blighted ovum usually occurs within the first trimester before a woman knows she is pregnant. A high level of chromosome abnormalities usually causes a woman’s body to naturally miscarry.

How do I know if I am having or have had a blighted ovum?

A blighted ovum can occur very early in pregnancy, before most women even know that they are pregnant. You may experience signs of pregnancy such as a missed or late menstrual period and even a positive pregnancy test. It is possible that you may have minor abdominal cramps, minor vaginal spotting or bleeding. As with a normal period, your body may flush the uterine lining, but your period may be a little heavier than usual.

Many women assume their pregnancies are on track because their hCG levels are increasing. The placenta can continue to grow and support itself without a baby for a short time, and pregnancy hormones can continue to rise, which would lead a woman to believe she is still pregnant. A diagnosis is usually not made until an ultrasound test shows either an empty womb or an empty birth sac.

What causes a blighted ovum?

A blighted ovum is the cause of about 50% of first trimester miscarriages and is usually the result of chromosomal problems. A woman’s body recognizes abnormal chromosomes in a fetus and naturally does not try to continue the pregnancy because the fetus will not develop into a normal, healthy baby. This can be caused by abnormal cell division, or poor quality sperm or egg.

Should I have a D&C or wait for a natural miscarriage?

This is a decision only you can make for yourself. Most doctors do not recommend a D&C for an early pregnancy loss. It is believed that a woman’s body is capable of passing tissue on its own and there is no need for an invasive surgical procedure with a risk of complications. A D&C would, however, be beneficial if you were planning on having a pathologist examine the tissues to determine a reason for the miscarriage. Some women feel a D&C procedure helps with closure, mentally and physically.

How can a blighted ovum be prevented?

Unfortunately, in most cases a blighted ovum cannot be prevented. Some couples will seek out genetic testing if multiple early pregnancy loss occurs. A blighted ovum is often a one time occurrence, and rarely will a woman experience more than one. Most doctors recommend couples wait at least 1-3 regular menstrual cycles before trying to conceive again after any type of miscarriage.

Thursday 8 July 2010

Another Bad News

Hari ini salah seorang sahabat saya dari SMP, Isty harus masuk rumah sakit karena di kehamilannya (yang sekitar) 5 minggu, terus mengalami flek.

Dan baru saja tadi saya dengar kabarnya, bahwa ia harus segera dikuret karena kasus yang sama seperti saya. Sedih banget dengernya. :( Mudah-mudahan dia dan suaminya diberi ketabahan dan kesabaran untuk melewati semua ini.


God does work in a mysterious way.

Saturday 3 July 2010

Forum seputar Keguguran & Kuret

Untuk temen-temen yang kebetulan punya pengalaman yang sama kayak saya, saya baru aja nemu forum yang topiknya seputar keguguran, kuret, janin gak berkembang dan sebagainya.

Lumayan banget untuk mengobati luka psikis saya, bikin saya ngerasa gak sendirian di dunia ini, bikin saya pede lagi ngelanjutin hidup tanpa harus musingin komen-komen orang yang bikin saya malah bikin makin pesimis dan kepikiran yang enggak-enggak. Saya jadi tau mana yang sebenarnya harus saya khawatirin dan mana yang enggak. Senangnya punya teman berbagi :')

Saya percaya kata dokter dan saya percaya kebesaran Tuhan.
Kalau kata dokter ini faktor seleksi alam dan hanya Tuhanlah yang memegang kuasanya, saya ikhlas.

Mudah-mudahan yang lain juga bisa ikhlas atas keikhlasan saya.

>> link forum

Friday 2 July 2010

Kontrol Pasca Kuret

Ada beberapa orang yang mempertanyakan kesimpulan dokter saya tentang faktor "seleksi alam" yang terjadi sama janin saya. Beberapa dari mereka kayaknya gak terima kenapa seorang dokter gak bisa ngejelasin secara medis, apa yang sebenarnya terjadi sama kehamilan saya.

Jujur saya gerah denger komen-komen seperti itu. Saya tau sih mereka gak ada niat untuk ngejatohin mental saya. "mereka cuma mau ngasih tau yang terbaik buat saya". Cuma saya juga gak nyangka, ternyata omongan-omongan seenteng itu bisa bikin hidup saya semakin berat.

Setelah seminggu saya dikuret, mereka selalu ngingetin saya untuk minta penjelasan ke dokter sejelas-jelasnya mengenai keadaaan saya. Apa saja yang harus saya lakukan supaya suatu saat saya hamil lagi, hal ini gak terjadi lagi. Baik sih memang, saya sendiri gak nyangka hal seperti ini bisa jadi beban mental buat saya.

Tadi saya ke dokter lagi untuk kontrol. Saya pikir, sudah cukuplah drama seru saya pas harus daftar dokter di KMC kemarin. Ternyata hari ini gak kalah serunya.

Dimulai dari misua yang telat jemput saya karena asik-asik download film sepeda. Bukannya apa-apa, saya padahal udah wanti-wanti sama dia, kalo kita jangan sampe telat ke dokter. Pertama gak enak sama dokternya, trus kita ngantrenya bisa makin lama, ditambah hari ini Jumat dan mau ujan, kalo macet pasti gak tanggung-tanggung. Jadilah saya manyun pas tau misua telat.

Sampe KMC, ternyata nama saya belom didaftarin. Gak tau mas-mas yang kemaren BT sama saya, trus pura-pura kelupaan masukin nama saya atau gimana, saya gak ngerti deh. Pokoknya saya udah males marah-marah dan ngomong yang perlu-perlu aja sama resepsionisnya, tentu aja gak pake senyum. Untung akhirnya tetep bisa masuk.

Ga lama nunggu, akhirnya nama saya dipanggil juga. Ketemu sama dokternya, dicek dalem... dan akhirnya saya dinyatakan bersih. Hasil patologinya bilang bahwa janin saya gak berkembang karena gak ada pembuluh darahnya. Tapi ini artinya bukan sesuatu yang membahayakan. Bukan juga gejala tokso, rubella dll karena biasanya kalau kasus itu janin tetap berkembang, tapi ada yang tidak sempurna. Ini kemungkinan besar memang bad chromosome dan mungkin banget terjadi sama siapa aja. Kalo kata dokternya, inilah yang dibilang sebagai 'seleksi alam'. Gak ada obat yang harus saya minum, gak ada makanan khusus yang harus saya makan dan sebagainya. Saya boleh mencoba hamil lagi setelah saya haid 1x. Dan apabila hal ini terjadi lagi, maka saat itulah dokter bilang saya dan misua perlu tes kromosom.

Jujur saya sangat percaya dengan kebesaran Allah SWT dan saya percaya dengan penjelasan dokter yang menurut saya masih bisa diterima oleh akal sehat. Jadi saya percaya dengan apa yang namanya seleksi alam. Sekarang saya ikhlas seada-adanya, dan Insya Allah besok-besok pun saya masih ikhlas. Yang saya gak mengerti adalah... bagaimana caranya menjelaskan ini kepada orang-orang yang gak puas dengan penjelasan dari dokter saya ini.

Akhirnya saya pulang dengan perasaan campur aduk. Sebel sama misua yang cuma mikirin sepeda, seneng karena secara fisik saya udah dinyatakan pulih, kesel karena saya masih punya beban untuk ngejelasin semua ini ke orang-orang itu dan sedih karena gak tau harus numpahin semua ini ke siapa.

Jadilah saya nangis sesenggukan semaleman penuh tanpa tidur dan hanya memeluk guling. Rasanya lebih sedih daripada kehilangannya itu sendiri. Hati saya rasanya mau meledak, gak ngerti harus minta tolong ke siapa. Apa masih perlu, saya ngejelasin semua itu ke mereka dan berusaha ngeyakinin mereka kalau mereka kalau kenyataannya ya memang seperti ini.

Ini kan badan saya, rumah tangga saya, kehilangan saya, sedih saya. Sebenernya saya gak punya kewajiban apa-apa untuk ngejelasin apapun ke mereka. Tapi gak tau kenapa saya ngerasa helpless banget. Saya lagi gak punya kekuatan untuk bikin benteng sendiri.

Dan sayangnya saya akan terus berhubungan dengan mereka. Saya gak bisa pura-pura gak denger dan tersenyum terus. Gak boleh juga saya marah-marah di depan mereka, karena nanti dibilang gak sopan. Pahit itu harus saya telan bulat-bulat.

Ya ampun cengeng sekali saya. Apa emang dokter udah tau hal-hal seperti ini mungkin terjadi, makanya dia ngasih saya cuti yang lumayan panjang ya... Ternyata pemulihan mental pasca kuret jauh lebih berat ketimbang pemulihan fisik. Dan sayangnya gak ada obatnya. :(

Kayaknya saya harus banyak bersabar aja...

Thursday 1 July 2010

Kata misua, luka dalam itu gak ada obatnya.

Obat-obat yang dikasih dokter itu,
cuma buat ngilangin rasa sakit dan mencegah infeksi.

Luka di dalam tubuh itu akan sembuh secara alami,
tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing orang.


Sayangnya,
ternyata luka dalam saya itu bukan berada di rahim saya,
tetapi di hati saya.


Sekarang saya mengerti,
kenapa dokter memberi saya waktu istirahat yang panjang.





Jaka Sembung Bawa Golok

Kalau boleh, saya hari ini mau marah-marah.


Seperti yang sudah diinfokan susternya begitu saya selesai kuret. Dia bilang saya dijadwalkan untuk kontrol lagi ke dr. Achmad tepat seminggu dari hari Jumat kemarin, yaitu tanggal 2 Juli 2010 jam 17.00. Sebagai orang yang baru sadar dari bius total, tentu saya ngangguk-ngangguk aja. Dia bahkan nulis langsung tanggal dan jam kontrolnya di sebuah kertas yang katanya nanti harus saya bawa pas saya kontrol. Jadilah saya yakin banget kalau nanti saya tinggal dateng ke KMC hari Jumat jam 5 sore.

Kemarin saya ditelpon (tapi tidak sempat saya angkat karena lagi tidur), dan di SMS dari pihak KMC yang memberitahu kalau hasil patologi saya sudah selesai dan bisa ditanyakan ketika saya kontrol. Karena saya pikir agak konyol membalas SMS dari nomor rumah sakit dan tidak tahu siapa nama orang yang meng-SMS, akhirnya saya memutuskan untuk menelpon langsung KMC untuk mengkonfirmasi hasil patologi saya tersebut.

Begitu tersambung, saya langsung berbicara dengan seorang mas-mas (saya lupa nanya namanya). Saya tanya tentang hasil patologi saya tersebut, tapi dia menjawab enteng dan bilang wah saya kurang tahu tuh, harusnya ibu hubungi lantai 2. Lah dalem hati saya, situ kan resepsionis, harusnya dia kan yang nyambungin saya ke lantai 2, atau paling gak ngomongnya lebih enakan dikit gitu. Mana saya tau kalo nanya begituan harus nanya ke lantai 2. Sepele sih, cuma bikin kita yang tadinya biasa-biasa aja jadi ikutan nyolot.

Akhirnya saya bilang sama dia, ya udah deh mas, nanti saya tanya sama lantai 2. Tapi sekarang mumpung saya nelpon nih, sama mau konfirmasi jadwal kontrol sama dr Achmad hari Jumat besok ya, jam 5. Minggu lalu saya kuret, dan saya dijadwalin untuk kontrol jumat besok jam 5 sore.

Mas: Mmmm... namanya siapa bu, nomor kartu?
Setelah saya bilang nama dan nomor kartu saya
Mas: Waduh maaf nih bu, tapi nama ibu belum terdaftar di sini
Saya: Laaaah gimana sih mas? Waktu itu katanya saya udah dijadwalin untuk kontrol hari Jumat jam 5 sore. Komplit banget lagi tuh pake jamnya segala, saya kira saya bisa langsung dateng.
Mas: Iya ibu, tapi peraturan di sini, walaupun ibu kuret di sini, ibu tetep harus daftar lagi ke kita.
Saya: Ya kalo emang peraturannya gitu, jelasin yang bener dong mas. Kalo saya dikasih tau dari waktu itu kalo saya harus daftar lagi, ya saya pasti udah daftar lagi dari kapan tau. Emang saya ikut training di situ apa bisa tau prosedur-prosedur kayak gituan. Kalo ga dibilangin, ya mana saya tau!
Mas: (tetep ga menyelesaikan masalah) iya, tapi peraturannya memang begitu ibu.
Saya: Trus sekarang solusinya apa? Saya bisa dateng kontrol kapan jadinya?
Mas: Waduh... selasa penuh... rabu juga penuh, ya paling jumat depan nih bu.
Saya: Trus saya harus mundur seminggu dari jadwal diharuskan. Kalau saya sampe kenapa-kenapa di antara waktu itu gimana mas?
Mas: Ya kalo mau ibu telpon dr Achmad aja langsung. Kalau saya gak berani nambah-nambahin pasien lagi.
Saya: Ya udah masukin aja saya di jumat depan, nanti saya coba tlp dr Achmad. Pokoknya saya cari yang paling cepet aja deh.
Mas: Baik bu.
Saya: (Masih belom puas ngomel) Mas, lain kali tolong ya pasiennya dikasih informasi sejelas-jelasnya. Kalau secara lisan gak bisa konsisten, bikin peraturan tertulis atau apa kek, jadi kita juga gak merasa dirugikan karena hal-hal sepele kayak gini.

Bukannya apa-apa, saya ngerti kok tiap rumah sakit punya aturannya masing-masing. Nah tapi kan justru karena aturan yang beda-beda itu, kita perlu dikasih tau sejelas-jelasnya, gimana sebenernya aturan di rumah sakit itu. Supaya kita juga bisa ngikutin aturannya dengan bener.

Bukannya apa-apa, ini udah kali kedua sama sebel sama KMC gara-gara resepsionisnya.

Yang pertama, pas saya mau daftar dr. Achmad pertama kalinya.

Saya: mba, Jumat ini saya bisa daftar dr Achmad ga?
Mba: wah udah penuh tuh mba
Saya: Kalo minggu depan?
Mba: Nah kalo minggu depan masih kosong nih mba. Mba malah bisa milih mau dateng jam berapa. Walaupun nanti tetep sistem siapa dateng duluan, masuk duluan sih mba.
Saya: Oh gitu? Kalau gitu jam 6 deh mba.
Mba: Oke. Namanya siapa mba? Nomor kartu?
Saya: Nanda. Pasien baru mba.
Mba: Oh ya udah nanti pas dateng bikin kartu baru ya mba, biayanya 15.000. Nomor yang bisa dihubungi?
Saya: xxxxxxxxxx
Mba: oke mba, nanti langsung dateng aja ya.

Seminggu kemudian, hari Jumat siang, saya iseng nelpon KMC mau konfirmasi.

Saya: mba, saya mau konfirmasi ya. Nanti saya mau konsultasi dengan dr Achmad jam 6
Mba: sebentar ya mba. Namanya?
Saya: Nanda
Mba: Maaf mba, di sini nama mba belom terdaftar.
Saya: Laaaaaaaah? Gimana sih mba??? Saya udah daftar dari minggu lalu loh mba. Malah waktu itu saya pake ditanyain mau yang jam berapa konsultasinya, karena masih kosong. Gimana sih mba? Untung saya pake nelpon dulu. Kalo saya langsung dateng trus tiba-tiba ternyata saya gak terdaftar gimana???
Mba: Iya di sini adanya pasien namanya Naya.
Saya: (Bengong. Ya mungkin aja ada pasien namanya Naya. Saya gak mau juga ngaku-ngaku itu nama saya). Ya saya gak mau tau mba, pokoknya minggu lalu saya udah daftar atas nama Nanda. Kalo ternyata waktu itu mba salah nulis atau lupa nulis nama saya, ya saya gak tau deh harus gimana lagi...
Mba: Ya udah, nanti saya coba cek dulu ya mba. Nanti saya coba hubungin mba lagi. Nomor tlpnya berapa?
Saya: xxxxxxxxxx

5 menit kemudian mba-nya tlp lagi.

Mba: Iya mba Nanda, bener mba terdaftar konsultasi sama dr. Achmad hari Jumat jam 6.
Saya: Tuh kan bener mba. Huuu... gimana sih. Trus bener ya, nanti saya dateng pasti udah didaftarin. Jangan sampe nanti saya dateng taunya nanti disuruh pulang lagi nih mba.
Mba: Iya bener kok mba.

See... hal-hal sepele kayak gitu kan bikin saya jadi buang-buang energi marah-marah siang bolong. Padahal harusnya kan kalo well organized gak perlu kayak gini-gini amat. Dan kalo ternyata saya beneran gak bisa konsultasi hari itu karena kelalaian mbanya, artinya kan saya rugi gak cuma sehari dua hari, tapi seminggu lho.

Saya sebenernya berharap banyak sama KMC karena secara facility mereka memang oke banget. Kalo saya nanti insya Allah hamil lagi, saya juga pengen melahirkan di sana. And to be really honest, suster-suster yang kemarin nanganin saya langsung waktu saya dikuret memang sangat baik dan helpful. Tapi kalo gak mau ujungannya ngomel-ngomel seperti saya, sebaiknya confirm dan re-confirm deh masalah jadwal konsultasi, biar tenang. Karena unexpected things might really happen down there. Mungkin salah saya juga kurang teliti dan parno. Tapi saya mengharapkan dari mereka juga ada perbaikan.

Okay, no hard feelings ya KMC. I'm just trying to be honest here. And I hope you take my critics as a motivation to do improvements here and there.


*Tadi dr Achmad bales SMS saya dan bilang saya besok tetap datang ke KMC jam 5 sore. Fiuh. Untung dokternya baik dan pengertian. Saya gak jadi buang waktu dengan percuma.